Home » Archives for March 2012
Friday, March 30, 2012
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA YANG TERTUANG DALAM PASAL 30 UUD – 1945
Wednesday, March 28, 2012
URGENSI DAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI SEKOLAH
MEMBANGUN DAN MENGEMBANGKAN KARAKTER ANAK DENGAN MENYELARASKAN PENDIDIKAN KELUARGA DAN SEKOLAH
Kemajuan zaman yang terjadi saat ini menjadi tantangan dan sekaligus peluang bagi masyarakat untuk membangun kualitas kehidupan yang lebih baik. Kehidupan modern dengan teknologi yang semakin berkembang dapat memudahkan masyarakat dalam beraktifitas. Keadaan seperti itu dapat menjadikan kehidupan masyarakat lebih sejahtera dan berkualitas (Solehuddin, 2000).
Namun, pada kenyataannya tidak seperti yang kita pikirkan, perilaku masyarakat sekarang terutama perilaku remaja dan anak-anak justru sangat menghawatirkan. Dengan kemajuan zaman tersebut, seharusnya dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik tetapi masih melahirkan persoalan kehidupan yang sangat rumit.
Pemerintah sendiri (Pemerintah Republik Indonesia, 2010) mengakui akan adanya persoalan kehidupan bangsa yang krusial ini seperti dituturkan pada Latar Belakang Kebijakan Nasional tentang Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2015, yakni bahwa pada saat ini masih terjadi kesenjangan sosial-ekonomi-politik yang masih besar, kerusakan lingkungan yang terjadi dimana-mana, ketidakadilan hukum, pergaulan bebas dan pornografi di kalangan remaja, kekerasan dan kerusuhan serta tindakan anarkis di mana-mana, konflik sosial, serta korupsi yang semakin merambah ke berbagai sektor kehidupan. Semua ini mengindikasikan adanya pergeseran ke arah ketidakpastian jati diri dan karakter bangsa..........
DOWNLOAD:
MEMBANGUN_DAN_MENGEMBANGKAN, pdf
TINDAKAN PREVENTIF TERHADAP KORUPSI DENGAN PENDIDIKAN ANTIKORUPSI
DENGAN PENDIDIKAN ANTIKORUPSI
Pendidikan diyakini merupakan kunci masa depan bangsa, dan pendidikan antikorupsi merupakan pendidikan seumur hidup yang harus ditanamkan sedini mungkin bersamaan dengan pendidikan budi pekerti. Sumber daya manusia yang bermutu dan berperilaku mulia merupakan hal penting yang merupakan modal utama untuk mencapai masyarakat adil dan sejahtera.
Untuk menciptakan sebuah susunan kehidupan masyarakat yang bersih, diperlukan sebuah sistem pendidikan anti korupsi yang berisi tentang sosialisasi bentuk-bentuk korupsi, cara pencegahan dan pelaporan serta pengawasan terhadap tindak pidana korupsi. Pendidikan seperti ini harus ditanamkan secara mendalam mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Hal ini akan berpengaruh pada perkembangan psikologis siswa.Pendidikan antikorupsi ini berisi tentang bagaimana anak-anak belajar untuk jujur, menghargai bahwa hasil adalah akibat dari proses, dan dampak ketidakjujuran dan penyimpangan yang dilakukan bagi orang lain.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kasus korupsi yang cukup tinggi di dunia. Sehingga perlu adanya antisipasi yang dapat menekan laju pertumbuhan kasus korupsi di Indonesia. Maka dari itu pencegahan dan pemberantasan korupsi wajib dilaksanakan, dan dengan ini cara yang cukup efektif adalah dengan jalur pendidikan yaitu pendidikan antikorupsi yang mana akan menanamkan pemahaman yang meluas pada masyarakat tentang bahaya korupsi.Pendidikan antikorupsi membentuk kesadaran akan bahaya korupsi, kemudian bangkit melawannya.
DOWNLOAD:
TINDAKAN_PREVENTIF_TERHADAP. pdf
ANALISIS UNSUR-UNSUR KALIMAT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi, alat untuk mengungkapkan gagasan dan alat untuk mengapresiasikan diri yang digunakan masyarakat sejak kehidupan di dunia ini mulai ada. Seiring dengan kemajuan zaman peradaban manusia mulai berkembang dan tumbuh. Berawal dari bahasa lisan, kemudian berkembang dengan terbentuknya bahasa tertulis.
Santosa (2003:5.3) menegaskan dengan adanya bahasa tulis kaidah kebahasaan pun mengalami perkembangan. Bahasa lisan mengunakan ucapan, sedang bahasa tulis mengunkan huruf. Kejelasan bahasa lisan dipengaruhi oleh lafal ucapan, intonasi, tekanan, tempo, seperti jeda dan kesenyapan, sedang bahasa tulisan dipengaruhi oleh pilihan kata, bentuk dan susunan kalimat serta penggunaan tanda baca.
Kualiatas bahasa tulisan disebut juga penulisan kalimat, sangat besar sekali pengaruh terhadap penulisan sebuah karya ilmiah. Makalah ini penulis susun atas dasar masalah-masalah yang sering dialami siswa baik dalam tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Umum, dan bahkan masa perkuliahan. Sekolah dasar merupakan tempat dimana anak diajari dan dididik dalam pembelajaran baik yang bersifat teori dan praktik dasar. Siswapun bukan hanya dididik untuk cerdas namun juga memiliki sikap dasar yang baik yang selanjutnya akan lebih ditingkatkan lagi di Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah.Menengah.Umum.bahkan.sampai.ke.perguruan.tinggi.
Bahasa baku akhir-akhir ini semakin diabaikan banyak pihak. Para mahasiswa, dosen, peneliti, dan para penulis karya ilmiah pada umumnya tidak memperhatikan penulisan kata-kata baku. Dengan tidak sengaja telah banyak mencampur-campurkan bahasa ragam baku pada pemakaian ragam ilmiah. Semakin banyak mengacaukan ragam bahasa yang ada dalam bahasa indonesia, tidak terkecuali unsur dalam suatu kalimat. Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional kita, bahasa yang sangat penting sekali bagi kita semua untuk mempelajarinya. Banyak siswa sekolah dasar bahkan mahsiswa yang tidak memahami atau bahkan tidak mengerti tentang unsur-unsur dalam sebuah kalimat, tidak hanya hal itu saja pengguanaan unsur kalimat yang tidak benar masih banyak ditemukan dalam tulisan, hal itu sangat mempengaruhi baik buruknya karangan ilmiah seseorang khususnya mahasiswa karena tugas akhir mahasiswa adalah membuat karangan ilmiah.
Dari hal itulah penulis mencoba mencari beberapa sumber mengenai unsur-unsur fungsi kalimat untuk siswa Sekolah Dasar, Sekolah Menegah Pertama, Sekolah Menengah Umum, dan perguruan tinggi sebagai acuan para peserta didik ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dalam pemahaman unsur-unsur kalimat. Untuk itu penulis menyususun karangan dengan judul Analisis Unsur-Unsur kalimat menjadi sebuah makalah. Untuk selanjutnya semoga makalah yang disusun ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan mengenai unsur-unsur fungsi dalam sebuah kalimat untuk mengembangkan peranannya.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan unsur kalimat?
2. Mengapa unsur-unsur pada kalimat harus dipahami?
3. Bagaimana cara menganalisis unsur-unsur kalimat?
C.Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas dirumuskan tujuan yang penulis inginkan adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan apa yang di maksud dengan unsur kalimat.
2. Menjelaskan hubungan unsur kata dengan kalimat.
3. Menjelaskan cara menganalisis unsur-unsur kalimat pada kalimat.
D. Manfaat
Penulis berharap dengan ditulisnya makalah ini dapat berguna bagi siswa dan pembaca terlebih pada siswa sekolah dasar karena sekolah dasar merupakan pendidikan awal sehingga menjadi tonggak atau landasan untuk mencapai ke jenjang selanjutnya sampai keperguruan tinggi karena pada masa pembelajaran akhir di perguruan tinggi tugas mahasiswa adalah menyusun karangan ilimiah yang tidak lepas dari unsur-unsur kalimat yang dapat mempengaruhi susunan kalimat sehingga menjadi suatu kalimat yang baik dan efektif. Selain itu penulis berharap agar para pembaca mampu mengembangkan perananya dimasa yang akan datang.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Unsur Kalimat
Kalimat adalah gabungan dari dua kata atau lebih yang digabungkan dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh sehingga menghasilkan suatu pengertian dan pola intonasi akhir. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik,turun, keras, lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Untuk wujud tulisan berhuruf latin kalimat di mulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), dan tanda seru (!).
Dalam suatu kalimat yang baik harus memiliki unsur subjek (S) dan predikat (P) atau sering juga disebut fungsi sintaksis. Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku terdiri dari sekurang-kurangnya atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain (Objek, Pelengkap, dan Keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir. Berikut pengertian lebih jelas mengenai unsur dalam kalimat.
1. Subjek
Subjek adalah bagian dari sebuah kaimat yang menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal, atau masalah yang menjadi pangkal atau pokok pembicaraan. Subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah
predikat. Biasa ditulis dengan huruf (S). (Kunjana, 2010)
2. Predikat
Kunjana (2010) menegaskan predikat adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku, tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Selain memberi tahu tindakan atau perbuatan subjek, predikat dapat pula menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jati diri subjek. Termasuk juga sebagai predikat dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki subjek. Predikat dapat berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal.
3. Objek
Objek sering disingkat dengan memakai huruf (O) untuk mempersingkat penulisan. Objek adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat . Objek diisi oleh nominal, frasa nominal, atau klausa. Letak objek selalu dibelakang predikat yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya objek. (Kunjana, 2010)
4. Pelengkap
Kunjana (2010) menegaaskan pelengkap atau komplemen, sering juga ditulis dengan kata (Pel). Pelengkap adalah bagian yang melengkapi predikat. Letak pelengkap di belakang predikat yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh objek, dan jenis kata yang mengisi pelengkap dan objek juga, yaitu dapat juga berupa nominal, frase nominal, atau klausa. Namun, antara pelengkap dan objek terdapat perbedaan.
5. Keterangan
Kunjana (2010) keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai subjek, objek, predikat dan pelengkap. Unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut yang dinyatakan dalam kalimat. Misalnya tentang tempat, waktu, cara, sebab dan tujuan. Posisi mereka dapat di awal, di tengah, dan akhir kalimat.
B. Hubungan Unsur Kata Dengan Kalimat
Harahap (2010) menyatakan kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menyampaikan pikiran dan perasaan penulis atau pembicaraan dengan jelas kepada pembaca atau pendengar. Penyusunan kalimat harus berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku sehingga pembaca mudah untuk membaca atau mendengar kalimat dan dapat dengan mudah di pahami.
Kaidah-kaidah penulisan dalam kalimat efektif adalah kalimat yang mempunyai unsur sebagai berikut
1. Koherensi
Koherensi adalah hubungan timbal-balik yang baik dan jelas antara unsur-unsur ( kata atau kelompok kata ) yang membentuk kata itu. (Harahap, 2010)
2. Kesatuan
Syarat kalimat efektif haruslah mempunyai struktur yang baik. Artinya, kalimat itu harus memiliki unsur-unsur subjek dan predikat, atau bisa ditambah dengan objek, keterangan, dan unsure-unsur subjek, predikat, objek, keterangan, dan pelengkap, melahirkan keterpautan arti yang merupakan ciri keutuhan. (Harahap, 2010)
3. Kehematan
Kehematan yang dimaksud berupa kehematan dalam pemakaian kata, frase atau bentuk lainnya yang dianggap tidak diperlukan. Kehematan itu menyangkut soal gramatikal dan makna kata. Tidak berarti bahwa kata yang menambah kejelasan kalimat boleh dihilangkan. (Harahap, 2010)
4. Keparalellan
Harahap (2010) menuliskan keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.
5. Penekanan
Gagasan pokok atau misi yang ingin ditekankan oleh pembicara biasanya dilakukan dengan memperlambat ucapan, melirihkan suara, dan sebagainya pada bagian kalimat tadi. (Harahap, 2010)
6. Kevariasian
Untuk menghindari kebosanan dan keletihan saat membaca, diperlukan variasi dalam teks. Ada kalimat yang dimulai dengan subjek, predikat atau keterangan. (Harahap, 2010)
Unsur kalimat berpengaruh besar dalam penyusunan kalimat efektif hal itu dinyatakan dalam syarat kalimat efektif. Kalimat efektif harus mempunyai kesatuan yaitu struktur yang baik antara unsur-unsur dalam kalimat. Kalimat efektif harus mempunyai kevariasian. Kevariasian disini berarti penyusunan
unsur-unsur kalimat subyek tidak harus terdapat di awal kalimat, awal kalimat bisa dimulai dengan predikat atau keterangan.
Suatu kalimat yang baik memiliki unsur subjek dan predikat baik disertai objek pelengkap atau keterangan maupun tidak, tergantung dari kata kerja predikat (verba). Pada suatu kalimat jika tidak memeiliki predikat dalam kalimat itu maka tidak disebut sebagai kalimat melaikan frasa. Predikat dalam hal ini dapat berupa kata sifat atau kata benda.
Pengucapan lisan unsur subjek dan predikat biasanya ditandai dengan nada intonasi pengucapan. Relasi dalam pengucapan lisan ini sering disebut sebagai relasi predikatif yaitu relasi yang memperlihatan hubungan antara subjek dan predikat. Sebaliknya suatu unsur disebut sebagai frasa apabila terdapat dua kata atau lebih yang tidak ada predikat dalam kata tersebut dan satu dari kata-kata itu sebagai inti serta yang lainya sebagai penjelas. Biasanya frasa itu mengisi tempat subjek, predikat, objek, pelengkap atau keterangan. Relasi kata yang menjadi inti dan kata yang menjadi penjelas ini dinamakan sebagai atributif.
Banyak kriteria yang harus dimiliki oleh sebuah kalimat jika ingin dikatakan sebagai kalimat yang baik. Salah satu kalimat yang baik jika kalimat itu efektif dalam penyusunan unsur-unsur kalimat. Sebuah kalimat dapat dikatakan efektif dan baik dipengaruhi oleh pembentukan unsur-unsur kalimat sehingga dapat mudah dipahami oleh pembaca atau pendengar. Untuk mengecek apakah kalimat yang dihasilkan dapat dikatakan baik dan efektif, perlu adanya analisis subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Kalimat yang benar harus memiliki kelengkapan unsur kalimat. Selain itu pengenalan analisis unsur-unsur dalam kalimat ini juga berperan untuk menguraikan kalimat atas unsur-unsurnya.
C. Analisis Unsur-Unsur Penyusun Dalam Kalimat
Paragraf baik bila kalimat penyusun dan kata-kata penyusun kalimaat itu baik.
Dapat dikatakan suatu paragraf baik dipengaruhi unsur penyusunnya. Dalam pemahaman sebuah kalimat dilihat dalam segi unsur-unsur penyusun kalimat sangat penting sekali untuk dapat menganalisa unsur-unsur kalimat penyusunnya. Menganalisis bahwa sebuah kalimat terdiri dari beberapa unsur kalimat atau unsur yang menyusun kalimat.
Imamfazri (2008) mengungkapkan linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah bahasa guna meneliti struktur bahasa tersebut secara mendalam. Dapat di artikan analisis unsur-unsur penyusun dalam kalimat ialah kajian yang dilaksanakan terhadap subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan secara mendetail. Sehingga dapat dengan mudah untuk menetukan unsur penyusun sebuah kaliamt. Berikut analisis tentang ciri-ciri masing-masing unsur kalimat.
1. Subjek
a. Jawaban atas Pertanyaan Apa atau Siapa Pada Predikat
Penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas pertanyaan apa atau siapa yang dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk subjek kalimat yang berupa manusia, biasanya digunakan kata tanya siapa. Jika jawaban pertanyaan itu tidak logis berarti kalimat itu tidak memeiliki subjek. (Harahap, 2010)
Contoh:
1) Siswa sekolah dilarang masuk.
Siapa yang dilarang masuk? Jawab: Siswa sekolah
2) Dono memelihara kucing.
Siapa yang memelihara kucing? Jawab: Dono.
b. Disertai Kata Itu
Kebanyakan subjek dalam bahasa Indonesia bersifat takrif (definisi). Untuk menyatakan takrif, biasanya digunakan kata itu. Subjek yang sudah takrif misalnya nama orang, nama negara, instansi, atau nama diri lain dan juga pronomina tidak disertai kata itu. (Azdythahawi, 2011)
Contoh:
1) Telepon itu diangkat Hendra.
2) Negara itu terkena dampak krisis global.
c. Didahului Kata Bahwa
Di dalam kalimat pasif kata bahwa merupakan penanda bahwa unsur yang menyertainya adalah anak kalimat pengisi fungsi subjek. Di samping itu, kata bahwa juga merupakan penanda subjek yang berupa anak kalimat pada kalimat yang menggunakan kata adalah atau ialah. (Alfa, 2010)
Contoh:
1) Telah terbukti bahwa dia adalah mencuri.
2) Dari hasil laboratorium diketahui bahwa golongan darahnya O.
3) Ibu berkata bahwa ayah tidak pulang hari ini.
4) Kakak berbicara panjang lebar bahwa paman masuk penjara
d. Mempunyai Keterangan Pewatas Yang
Kata yang menjadi subjek suatu kalimat dapat diberi keterangan lebih lanjut dengan menggunakan penghubung yang. (Alfa, 2010
Contoh:
1) Valentino Rossi yang juara dunia balap motor 1000cc kalah dalam lomba balap motor tadi malam.
2) Cristiano Ronaldo yang bermain di liga spanyol sedang mengalami cidera engkel.
3) Bambang Pamungkas yang bermain film itu juga bermain di Liga Indonesia.
4) Dewi sandra yang bernyayi itu juga bisa menari.
e. Tidak Didahului Preposisi
Subjek tidak didahului preposisi seperti dari, dalam, di, ke, kepada, pada. Orang sering memulai kalimat dengan menggunakan kata-kata seperti itu sehingga menyebabkan kalimat-kalimat yang dihasilkan tidak bersubjek. (Kunjana, 2010)
Contoh:
1) Kepada mahasiswa yang belum melunasi uang kuliah diberi kesempatan dengan menemui Kepala Bagian Pendidikan
Yang benar adalah Mahasiswa yang belum melunasi uang kuliah diberi kesempatan dengan menemui Kepala Bagian Pendidikan, kata kepada harus dihilangkan agar kata mahasiswa menjadi subjek.
f. Berupa Nomina atau Frasa Nominal
Subjek kebanyakan berupa nomina atau frasa nominal. Di samping
nomina, subjek dapat berupa verba atau adjektiva, biasanya, disertai kata penunjuk itu. (Azdythahawi, 2011)
Contoh:
1) Pamanku sedang mengecat.
2) Meja kepala sekolah besar.
3) Yang berbaju batik itu dosen saya.
2. Predikat
a. Jawaban atas Pertanyaan Mengapa atau Bagaimana
Alfa (2010) mengatkan bahwa dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan informasi atas pertanyaan mengapa atau bagaimana adalah predikat kalimat. Pertanyaan sebagai apa atau jadi apa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa nomina penggolong (identifikasi). Kata tanya berapa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa numeralia (kata bilangan) atau frasa numeralia.
Contoh:
1) Pertandingan itu kurang menarik.
Bagaimana pertandingan itu? Jawab: Kurang menarik.
2) Bapak toni sehat-sehat saja.
Bagaimana Bapak Toni? Jawab: Sehat-sehat saja.
3) Adek ipul sakit.
Bagaimana adek Ipul? Jawab: Sakit.
b. Kata Adalah atau Ialah
Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat Itu
terutama digunakan jika subjek kalimat berupa unsur yang panjang sehingga batas antara subjek dan pelengkap tidak jelas. (Kunjana, 2010)
Contoh:
1) Itu adalah hak anda jika tidak mau mengikuti ujian.
2) Ini adalah sepeda kakek saya dulu.
3) Doni anak pertama ialah anak yang paling disayang.
4) Bapak adalah orang pertama yang datang ke kelurahan.
c. Dapat Diingkarkan
Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran yang diwujudkan oleh kata tidak. Bentuk pengingkaran tidak ini digunakan untuk predikat yang berupa verba atau adjektiva. Di samping tidak sebagai penanda predikat, kata bukan juga merupakan penanda predikat yang berupa nomina atau predikat kata merupakan. (Harahap, 2010)
Contoh:
1) Mereka bukan polisi melaikan preman yang menyamar.
2) Pak Burhan bukan guru melainkan petani.
3) Diana bukan anak pertama melainkan anak ketiga.
4) Mereka bukan saudara saya melainkan hanya tetangga.
d. Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas
Alfa (2010) menegaskan predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu terletak di depan verba atau adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.
Contoh:
1) Bapak akan membeli motor bebek.
2) Budi hendak berangkat sekolah.
e. Unsur Pengisi Predikat
Predikat suatu kalimat dapat berupa:
1) Kata, misalnya verba, adjektiva, atau nomina. (Alfa, 2010)
2) Frasa, misalnya frasa verbal, frasa adjektival, frasa nominal, frasa numeralia (bilangan). (Alfa, 2010)
Perhatikan contoh di bawah ini:
(a) Kuda meringkik.
(b) Ibu sedang tidur siang.
(c) Putrinya cantik jelita.
(d) Kota Jakarta dalam keadaan aman.
(e) Kucingku belang tiga.
Contoh di bawah ini tidak memilik P karena tidak ada kata-kata yang menunjuk perbuatan, sifat, keadaan, ciri dan status pelaku/bendanya.
(a) Adik saya yang gendut lagi lucu itu.
(b) Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.
(c) Bandung yang terkenal sebagai kota kembang.
(d) Paman saya yang kurus itu.
3. Objek
a. Objek berada di belakang predikat
Obyek hanya berada di belakan predikat dan tidak mungkin berada mendahului predikat. (Alfa, 2010)
Contoh:
1) Taufik Hidayat mengalahkan Lin Dan
2) Ibu maya menipu paman saya
3) Ayah membeli ayam kampung.
4) Damar jatuh tertelungkup.
5) Ibu membawa oleh-oleh.
b. Dapat menjadi subjek bila menjadi kalimat pasif
Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur objek pada kalimat aktif menjadi subjek pada kalimat pasif yang disertai perubahan verba predikatnya. (Kunjana, 2010)
Contoh:
1) Taufik Hidayat // mengalahkan // Lin Dan
S p O
Lin Dan // dikalahkan // oleh Taufik Hidayat.
S p O
2) Ibu maya // menipu // paman saya.
S P O
Paman saya // ditipu // Ibu Maya.
S P O
c. Tidak didahului preposisi
Objek yang selalu berada dibelakang predikat tidak dapat dapat didahului preposisi. Dengan kata lain antara predikat dan objek tidak dapat disisipi preposisi. (Kunjana, 2010)
Contoh:
1) Daud menulis dibuku.
Dibuku yang maksudnya menjadi objek tetapi menjadi keterangan.Seharusnya: Daud menulis buku.
d. Didahului kata bahwa
Anak kalimat pengganti nomina ditandai dengan kata bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi unsur objek dalam kalimat transitif. (Alfa, 2010)
Contoh:
1) Ibu bicara bahwa aku tidak boleh jajan sembarangan.
2) Dimas mengatakan bahwa jeruk itu manmis sekali.
Letak objek selalu dibelakang predikat yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya objek.
Contoh:
1) Nurul menimang..............(bayinya)
2) Arsitek merancang ........... (gedung bertingkat)
3) Juru masak merebus..........(ayam kampung)
Jika predikat diisi oleh verba intransitif, maka objek tidak diperlukan lagi.
Contoh:
1) Laptopku rusak.
2) Tamunya pergi.
3) Paman sedang tidur.
4. Pelengkap
Perhatikan contoh di bawah ini.
a. Presiden Sukarno // membacakan // UUD45.
S P O
b. Banyak parpol // berlandaskan // Pancasila.
S P Pel
c. UUD 45 // dibacakan // oleh Presiden Sukarno.
S P O
Perbedaan yang mendasar dari contoh di atas dapat dilihat bahwa pelengkap tidak dapat dipasifkan seperti objek. Pancasila sebagai pelengkap pada contoh kedua di atas tidak dapat dijadikan sebagai subjek.
Contoh:
a. Pancasila dilandasi oleh banyak parpol.
Kata UUD 45 pada kalimat pertama dapat diubah sebagai subjek dalam kalimat pasif.
Contoh:
a. UUD 45 dibacakan oleh Presiden Sukarno.
Objek dan pelengkap juga dapat dibedakan dari jenis pengisianya. Selain nomina dan frase nominal, pelengkap dapat pula diisi oleh frase adjektival dan frase preposisional. Letak pelengkap tidak selalu persis di belakang predikat. Bila dalam kalimat itu terdapat objek letak pelengkap berada dibelakang objek sehingga urutan penulisannya menjadi S-P-O-Pel.
Contoh:
a. Sutardji // membacakan// pengagumya// puisi kontemporer.
S P O Pel
b. Ibu // mendongengkan// Rina //cerita si kancil.
S P O Pel
Dari pembahasan di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa pelengkap mempunyai ciri:
a. Bersifat wajib karena melengkapi makna verba pada kalimatnya.
b. Menempati posisi di belakang predikat.
c. Tidak didahului preposisi.
Dari ciri di atas terdapat kesaman antara objek dan pelengkap namun perbedaan terdapat dalam kalimat pasif pelengkap tidak bisa menjadi subjek ada kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap pada kalimat aktif maka objeklah yang dapat menjadi subjek pada kalimat pasif.
5. Keterangan
Kalimat yang biasa menjadi keterangan adalah frase nominal, frase preposional, adverbal (keterangan), atau klausa (anak kalimat). Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi seperti di, ke, dari, dalam, pada, kepada, terhadap.tentang, oleh, dan untuk. Sedang keterangan yang berupa anak kalimat ditandai dengan kata penghubung seperti ketika, karena, meskipun, supaya, jika dan sehingga.
Berikut lebih detail ciri unsur keterangan sebagai berikut:
a. Bukan unsur utama
Merupakan unsur tambahan yang kehadiranya dalam struktur kalimat bersifat tidak wajib. (Kunjana, 2010
b. Tidak terikat posisi
Unsur kalimat yang bebas tempatnya bebas.Keterangan dapat di awal, tengah, atau akhir kalimat (Kunjana, 2010)
c. Jenis Keterangan.
Keterangan dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat:
1) Keterangan Waktu
Kunjana (2010) menegaskan bahwa keterangan waktu dapat berupa frasa ,kata, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa kata
adalah kata-kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin,besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan malam. Untuk keterangan waktu yang berupa frasa merupakan untain kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin sore, hari senin, 8 juni, dan minggu depan. Sedang untuk keterangan waktu yang berupa anak kalimat di tandai oleh konjungtor yang menyatakan waktu, seperti, setelah, sesudah, sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan ketika.
Contoh:
a) Siswoko belajar bahasa indonesia malam ini.
b) Andi belajar setelah makan malam.
c) Baron pergi ketika hujan turun.
d) Andi mandi sesudah berolahraga.
2) Keterangan Tempat
Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai oleh preposisi, seperti di, pada, dan dalam. (Alfa, 2010)
Contoh:
a) Ibu menaruh pisau diatas meja dapur.
b) Andi menyimpan uang dalam lemari.
c) Belalang itu hingap pada daun jambu.
3) Keterangan Cara
Kunjana (2010) menegaskan bahwa keterangan cara dapat berupa kata ulang, frasa, atau anak kalimat yang menerangkan cara. Keterangan cara yang berupa kata ulang merupakan perulangan adjektiva. Keterangan cara frasa di tandai dengan kata
dengan atau secara. Untuk keterangan cara yang berupa anak kalimat ditandai oleh kata dengan atau dalam.
Contoh:
a) Polisi menyelidiki kasus itu dengan hati-hati.
b) Pak amir berjalan perlahan-lahan.
4) Keterangan Sebab
Keterangan yang berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab berupa frasa ditandai oleh kata karena atau lantaran yang diikuti nomina atau frasa nomina. Untuk keterangan berupa ank kalimat ditandai dengan kata konjungtor karena atau lantaran. (Alfa, 2010)
Contoh:
a) Karena malas belajar anak itu tidak naik kelas.
b) Karena hujan doni memakai mantel.
5) Keterangan Tujuan
Keterangan berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang berupa frasa ditandai kata untuk atau demi, sedang untuk keterangan tujuan yang berupa anak kalimat ditandai konjungtor supaya, agar,dan atau. (Alfa, 2010)
Contoh:
a) Anak itu rela berkorban demi orang tuanya.
b) Bayu berangkat untuk uang itu.
c) Maman belajar supaya dapat IP 3.
d) Andi tidur lebih awal agar bangun pagi.
6) Keterangan aposisi
Keterangan ini memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau objek. Jika ditulis keterangan ini diapit tanda koma, tanda pi-
sah(--) atau tanda kurang. (Alfa, 2010)
Contoh:
a) Dosen saya, Bu Yuni, terpilih sebagai dosen teladan.
b) Bapak saya, Pak doni, terlihat semakin cepat tua.
7) Keterangan Tambahan
Disini keterangan berfungsi memberi penjelasan nomina subjek ataupun objek, tetapi berbeda dari keterangan aposisi. Kata aposisi dapat mengantikan unsur yang diterangkan, sedangkan keterangan tambahan tidak dapat mengatikan unsur yang diterangkan. (Alfa, 2010)
Contoh:
a) Dewa, mahasiswa tingkat enam, mendapat beasiswa.
b) Pak Bagos. Guru SD, mendapat gelar S2.
Keterangan “tingkat enam” dan “Guru SD” tidak dapat mengatikan unsur yang diterangkan yaitu kata Dewa dan Pak Bagos.
8) Keterangan Pewatas
Keterangan yang bertujuan memberikan batasan nomina, misalnya, subjek, predikat, objek,keterangan atau pelengkap. Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan, keterangan pewatas tidak dapat ditiadakan. (Kunjana, 2010)
Contoh:
a) Murid yang mendapat rangking tiga keatas mendapat beasiswa.
b) Juara sepuluh ke atas mendapat uang pembinaan.
Dijelaskan bahwa bukan semua murid tapi hanya siswa yang mendapat rangking tiga keatas.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pembentukan kalimat yang efektif mempunyai beberapa syarat yang harus dipenuhi antara lain:
1. Koherensi
2. Kesatuan
3. Kehematan
4. Keparalellan
5. Kevariasian
6. Penekanan
Kunjana (2010) menegaskan unsur-unsur kalimat berpengaruh dalam pembentukan kalimat efektif. Dijelaskan dalam kalimat efektif harus mempunyai kesatuan yaitu struktur yang baik antara unsur-unsur dalam kalimat. Kalimat efektif juga bervariasi yang berati penempatan unsur-unsur kalimat bahwa subjek tidak harus selalu di awal kalimat, awal kalimat bisa diisi oleh predikat atau keterangan.
Suatu kalimat yang baik memiliki unsur subjek dan predikat baik disertai objek pelengkap atau keterangan maupun tidak, tergantung dari kata kerja predikat(verba). Pada suatu kalimat jika tidak memeiliki predikat dalam kalimat itu maka tidak disebut sebagai kalimat melaikan frasa. Predikat dalam hal ini dapat berupa kata sifat atau kata benda.
Sebuah kalimat dapat dikatakan efektif dan baik dipengaruhi oleh pembentukan unsur-unsur kalimat sehingga dapat mudah dipahami oleh pembaca atau pendengar. Untuk mengecek apakah kalimat yang dihasilkan dapat dikatakan baik dan efektif, perlu adanya analisis subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Kalimat yang benar harus memiliki kelengkapan unsur kalimat. Selain itu pengenalan analisis unsur-unsur dalam kalimat ini juga berperan untuk menguraikan kalimat atas unsur-unsurnya.
B. Saran
Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional bangsa kita perlu dikembangkan dan dilestarikan dalam berbahasa dan menulis Bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah yang telah ditentukan. Dunia pendidikan menjadi tonggak dalam hal ini sehingga perlu sekali guru professional dalam Pendidikan Bahasa Indonesia. Pendidikan Pahasa Indonesia sejak dini bisa menjadi alternatif pilihan. Usia dini merupakan usia paling mudah untuk menanamkan suatu materi dasar yang dapat melandasi peserta didik ke jenjang yang lebih tinggi. Bukan teori saja yang menjadi materi praktek langsung harus diberikan. Dengan harapan oleh peserta didik dapat diaplikasikan dalam perannya dimasa yang akan datang. Sehingga dapat mewujudkan bngsa Indonesia yang santun berbahasa sesuai kaidah basa Indonesia yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
Alfa. 2010. Struktur Kalimat Bahasa Indonesia. (Online) (http://alfamarlin.blogspot.com tanggal 01 Januari 2012)
Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas indonesia.
Azdythahawi. 2011. Syarat-syarat dalam kalimat efektif. (Online) (http://azdythahawi.blogspot.com, diakses tanggal 01 Januari 2012)
Hardi, Nugroho. 2011. Kalimat majemuk. (Online) (http://www-hardiarj.blogspot.com, diakses tanggal 01 Januari 2012)
Imamfazri. 2008. Pengertian analisis. (Online) (http://organisasi.org/definisi-pengertian-analisa-analisis, diakses tanggal 01 Januari 2012)
Ns, Harahap. 2010. Analisis Kalimat Efektif Naskah Berita. (Online) (repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19167/5/Chapter%20I.pdf, diakses tanggal 01 Januari 2012)
Rahardi, Kunjana. 2010. Kalimat baku untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya.
Santosa, Puji, dkk. 2003. Materi dan Pembelajaran bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka.